Kenangan dari Tangan Seorang Sahabat

Tidak sengaja, ketemu tulisan dari seorang sahabat yang sungguh pandai mempermainkan hati orang melalui tulisannya hehe. Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk dia, sahabat. Siapa yang tahu kalau kita bertemu lagi di kampus perjuangan ini? Tapi inilah yang terjadi. Allah yang mempertemukan kita lagi, dari sekian banyak probailitas yang mungkin terjadi.
Semoga ukhuwah kita tetap terjaga, tetap saling mengingatkan dan menguatkan, seperti dulu, walaupun tak bersama yang lainnya. Rasanya, makin individualis, makin renggang. Tapi percayalah, i'm on your side, here for you. Tetaplah jadi yang seperti dulu, yang periang, Tapi tetap berubah jadi baik. Together we can!

--I--
Masihkah kau ingat, sahabat?
Ketika itu air muka langit tiba-tiba berubah.
Birunya berganti kelabu.
Dan tiba-tiba tumpahlah.
Basah sudah.

Masihkah kau ingat, sahabat?
Tak ada tempat berteduh.
Namun pekerjaan ini belum selesai.
Belum apa-apa.
Masih ada banyak rencana yang harus terlaksana.

Masihkah kau ingat, sahabat?
Bagaimana kaki ini harus tetap kuat berdiri, ketika badai itu datang.
Malam itu, kita porak-poranda.
Mungkin mereka tak merasakannya, ya, mereka tak tahu.
Tapi di dalam hati kita, kegetiran luar biasa melanda.

Masihkah kau ingat, sahabat?
Kita takut!
Kecewa!
Bingung!
Lelah!
Kita lelah sekali kala itu, sahabat.
Lelah hati, badan, pikiran..

Tapi kita tak diam, sahabat!
Mereka yang kita bawa, tak bisa kita diamkan.
Demi tawa mereka, kita tak boleh kalah oleh kelelahan ini.
Langkah kaki kita, mantap, berlari-lari sibuk.
Tak peduli tetesan hujan diatas kepala.
Tak peduli dinginnya malam membungkus tubuh.
Tak peduli bahwa sebenarnya raga ini sudah tak sanggup.

Ya, masih kuingat, sahabat!
Wajah-wajahmu malam itu..
Lelah, kalut.
Rencana kita memang tak berdaya bila sudah berhadapan dengan rencana-Nya.
Hatiku pun pedih, sahabat, kala melihatmu.
Tapi kau, masih bisa tersenyum memberi secercah semangat.
Membuat yang tak mungkin menjadi mungkin.
Menjadikan tak bisa menjadi bisa.
Mentransfer energimu yang membara.
Membuatku kuat.
Bahkan disaat-saat tersulit seperti itu.

Malam itu, bersamamu.
Masih jelas kuingat.
Peluh itu, dan senyum manismu yg menguatkan jiwaku.
Disana, kita buktikan bahwa kita merah.

--II--

Orang bilang, disinilah kalian akan menemukan jati diri.
Di pagi hidup, usia yang muda, dengan jiwa yang labil.
Aku bertemu dengan banyak jiwa disini.
Dengan berbagai karakter, beragam hasrat.
Sampai akhirnya aku pun bertemu denganmu.
Masih kuingat senyum polos malu-malu itu ketika awal kita jumpa. Lucu.
Di rumah-Nya, kita menjalin rasa.
Mengikat hati, dan semakin hari, semakin kuat.
Kini, satu sama lain, kita sudah saling mengenali hati.
Beberapa bulan kita lalui, menjadi seorang adik, yang dilayani kakak-kakak yang seperti malaikat.
Kita diajarkan nilai-nilai kehidupan dalam kelembutannya.
Yang tanpa sadar, tumbuh dalam sanubari kita.
Lalu, setahun penuh setelahnya, kita berdiri disitu.
Takut dan ragu.
Tapi yakin dan bersemangat.
Dengan rahmah-Nya, kita tapaki jalan itu bersama.
Merangkai mimpi, dan mencoba mewujudkannya.
Tak jarang kita gagal dan terjatuh.
Tak sedikit cacian menusuk.
Tapi kita bangkit lagi, kita kuat, karena kita bersama.
Ya, aku kuat bersamamu

Setahun itu membekas kawan..
Tak bisa hilang.
Dan kerap aku dilanda rindu yang begitu hebat ketika ku ingat..
Bagaimana kita bersama mencoba tersenyum kala hati teriris.
Bagaimana kita selalu mencoba lagi dan lagi ketika kita salah.
Dan bagaimana saat kita duduk, merenung, ketika merasa semua tak pernah benar.
Ingatkah kamu?
Saat itu kita merasa berjuang sendirian.
Tak ada pembela.
Hanya satu sama lain yang kita punya.
Lalu kau genggam tangan ini.
Erat..
Dan kau bisikkan, “Kita bisa..”
Dan ya, kita bisa.
Pundakmu yang ada disana bila aku lelah.
Senyummu, tawamu, candamu, semua itu candu!
Membuatku tak ingin pulang.
Membuatku ingin selalu didekatmu, walaupun jalan yang kita lalui terjal dan berbatu.
Kamu yang mengajarkanku menari dan tertawa di bawah hujan.
Yang menjadikan panas terik hari bermain yang indah.
Denganmu, yang dikirimkan oleh-Nya untuk jiwa yang lemah ini, aku kuat.

Ya, aku telah menemukannya.
Tempatku.
Dalam barisan merah.
Lurus dan rapat.
Ya, disitulah aku mengenal cinta.
Cinta yang berbeda, murni, karena kita bertemu dan berpisah karena-Nya.
Cinta itu kamu, sahabat.

Banyak jiwa telah kutemui, bermacam sifat, dengan beragam mimpi.
Tapi kamu berbeda.
Dan sungguh, saat bertemu denganmu lah, hati ini menemukan rumahnya.
Hati ini tenang.
Dan hanya dengan melihat wajahmu saja, aku sudah cukup bahagia.

Dia sungguh baik ya..
Mengizinkanku ada disini bersamamu.
Mengizinkan kita saling berbagi di lapang dan sempit.
Kalau boleh, aku ingin dengar lagi tawamu, sahabat.
Aku ingin duduk bersama lagi.
Seperti waktu itu.
Seperti banyak malam yang telah kita lewatkan bersama.
Yang terlalu berharga bila hanya dihabiskan untuk memejam mata.
Dan seperti hari-hari yang terasa cepat karena kita terlalu asyik bermain.
Hingga lupa bahwa waktu bergulir, cepat..
Dan kini waktu membawa candamu pergi.
Hilang seiring lewatnya akhir bulan tujuh...

Sahabat, aku rindu..
Sungguh, aku rindu..

-NNR

Comments

Popular Posts